Jumat, 23 November 2018

Kritik Metode Doktrinal pada Bangunan Tokyo Dome


Tokyo Dome merupakan stadion yang dibuka pada 17 Maret 1988 (dibangun mulai 16 mei 1985) berlokasi di Tokyo, Jepang. Memiliki 6 lantai dengan luas 115.221m2. arsitek tokyo dome adalah Takaneka Sekkei. Stadion bisbol ini berkapasitas 55.000 tempat duduk. Julukan untuk tokyo dome adalah big egg karena bentuknya yang menyerupai telurbesar. 

Bangunan Tokyo dome merupakan stadion lapangan multiguna dengan penekanan bisbol karena bentuk denah dari Tokyo dome juga bentuk lapangan baseball pada umumnya, dan merupakan stadion bisbol pertama yang beratap di Jepang. Bangunan yang fungsional karena dapat digunakan untuk tempat pertandingan bola basket, sepak bola Amerika, sepak bola, gulat profesional, seni bela diri campuran, kickboxing, balapan truk monster, dan konser musik. Namun juga memiliki estetika yang tinggi dengan menerapkan teknologi modern. Menyesuaikan julukannya yaitu The big egg yang mempunyai bangunan bentang lebar dengan struktur membrane, merupakan jawaban atas harapan agar pertandingan tetap berjalan meskipun dalam keadaan hujan.



Yang membuat bangunan ini unik adalah bentuk bangunannya karena dilihat dari sisi luar bangunan ini menonjolkan bentuk atap yang menyerupai balon yang berbeda dari bentuk atap bangunan lainnya. Bentuk atap tersebut sebenarnya adalah estetik yang sekaligus merupakan estetik dari struktur atap yang digunakan. Tokyo dome menggunakan struktur pneumatic, memiliki membran yang didalamnya adanya tekanan udara. Struktur membran ini memiliki keuntungan ekonomis karena pencahayaan buatan tidak diperlukan di siang hari.


Namun system struktur ini juga memiliki kewaspadaan. Dikarenakan struktur atap juga merugikan kondisi seperti cuaca buruk dan salju, kondisi tersebut membuat struktur atap membrane tidak kuat untuk menahan beban salju dan perlawanan beban angina atau cuaca buruk lainnya. Walaupun Tokyo dome memiliki system teknologi pada atap yaitu memompakan udara yang hangat sehingga salju dapat mencair namun kerusakan teknis dan kesalahan manusia dapat terjadi. System teknologi tersebut perlu dikembangkan lagi seiiring majunya teknologi jaman ini sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dikarenakan struktur pada atap stadion tersebut.

Jumat, 02 November 2018

Kritik Arsitektur dengan Metode Kritik Deskriptif pada Bangunan Gereja Katedral Jakarta






Nama Bangunan               : Gereja Katedral Jakarta
Nama Resmi                 : Santa Maria Pelindung Diangkat Ke Surga (De Kerk van Onze Lieve Vrouwe ten Hemelopneming)
Fungsi Bangunan              : Tempat beribadah agama katolik, Museum Katedral
Diresmikan Gereja            : 1901
Perancang                        : Marius Hulswit 1899-1901
Luas                                 : 1.200 m2
Kapasitas                          : 900 orang
Alamat                              : Jln. Katedral No 2, Jakarta Pusat.


Gereja Katedral Jakarta
Gereja Katedral Jakarta adalah tempat ibadah bagi umat kristiani khusunya Kristen katholik. Gereja ini berada dipusat kota dan mempunyai ciri khas yaitu dengan gaya arsitektur Gotiknya yang berbeda dengan bangunan sekitarnya, sehingga sangat terlihat jelas bahwa gereja ini merupakan peninggalan bangunan pada masa penjajahan bangsa Indonesia. Dari luar bangunan gereja Katedral Jakarta ini terlihat menggunakan dinding batu yang tebal diberi plester dan berpola seperti susunan batu alam. Dinding juga terlihat dengan bentuk alur menjulang tinggi, maka kesannya lebih mengarah pada ketinggian bangunan. Salah satu ciri dasar arsitektur gothic pada Gereja Katedral ini yaitu mempunyai menara yang lancip dan tinggi. Terdapat 3 menara di Gereja Katedral terbuat dari besi dan masing-masing menara mempunyai nama yaitu Menara Benteng Daud, Menara Gading, Menara Angelus Dei. Pada menara Benteng Daud dan Angelus Dei terdapat lonceng besar dan di menara Gading terdapat lonceng yang lebih kecil.


Pintu Masuk Utama Gereja

Terdapat jendela berbentuk lingkaran yang  terletak di atas gerbang utama. Jendela tersebut dinamakan Rozeta yaitu merupakan jendela bercorak Rosa Mystica sebagai lambang dari Bunda Maria. Secara arsitektural Rozeta digunakan untuk memasukan cahaya dan estetika. Sedangkan dari segi religi dipercaya sebagai simbol firman Tuhan yang disimbolkan sebagai cahaya yang masuk dan menerangi isi hati para jemaat gereja. 

Pintu masuk utama Gereja Katedral berbentuk lengkungan sedikit runcing (The Pointed Arch) yang merupakan salah satu ciri gaya arsitektur gothic. Pintu terbuat dari kayu jati yang kuat dan diatas pintu terdapat patung Maria dengan  tulisan Beatam Me Dicentes Omnes' yang berarti "Semua keturunan menyebut aku bahagia".

Interior Gereja Katedral Jakarta

Kemegahan tidak hanya terlihat pada luar bangunan tetapi pada interior Gereja Katedral mempunyai keindahan yang dapat membawa suasana eropa pada abad yang lalu. Salah satu simbol gereja Kristen-Katolik juga terdapat di Gereja Katedrak ini yaitu ruangannya berbentuk salib. Ruangan Altar menempati bagian atas batang salibnya. Keindahan interior gereja dipadukan cahaya matahari yang masuk lewat kaca jendela patri pada altarnya, kaca tersebut didesain berukuran besar khas bangunan Eropa.  Sehingga setiap orang yang memasuki altar tersebut akan melihat pemandangan yang menyinarkan keagungan dan kemuliaan Tuhan. Keindahan juga terlihat pada langit-langit yang tinggi, dibuat melengkung dari kayu jati berwarna cokelat mengkilap. Pilar yang kokoh berbaris berbentuk lorong juga menambah kemegahan pada bangunan Gereja Katedral. Terdapat juga pipe orgel, lukisan dinding, patung-patung yang menghiasi ruangan Gereja Katedral. Terdapat tangga dengan kayu jati  menuju lantai 2 yang sekarang berfungsi sebagai museum.

Museum terdapat pada lantai 2