RUMAH
PORI-PORI
Arsitek Budi
Pradono yang terkenal dengan arsitektur secondary skin-nya, mengatakan bahwa
wujud karya-karyanya "dilapisi" oleh material atau bentuk lain
sebagai kulit kedua, bukan semata-mata konsep estetika untuk menunjang tampilan
bangunan tetapi wujud akhir karya-karyanya merupakan respons terhadap kondisi
iklim, lingkungan setempat, atau respons terhadap kebutuhan penggunanya
sendiri. Aspek fleksibilitas merupakan esensi utama pada desain kulit keduanya,
termasuk pada bagian fasada.
Berbagai
kulit dapat ditampilkan, seperti misalnya kulit yang berlubang-lubang untuk
'pernafasan' bangunan tropis, kulit yang berkarakter kuat untuk tampil
sculptural, kulit yang bersahaja untuk tampil selaras dengan lingkungan, atau
kulit yang bisa dibuka-tutup sesuai kebutuhan.
· Contoh bangunan rumah berpori karya
arsitek Budi Pradono
Pemilik
rumah yang berlokasi di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, ini adalah pasangan
suami istri Irwan Ahmett dan Tita Salina. Kedua desainer grafis itu membutuhkan
sebuah rumah sekaligus kantor untuk studio grafis milik mereka Ahmett Salina.
Program
ruang SOHO (Small Office Home Office) dipilih sebagai solusi memenuhi kebutuhan
pemilik. Hasilnya dialog antara area domestik dan area kerja menjadi bagian
penting dari rancangan rumah ini.
Desain
dinding berpori pada saat ini mulai banyak diaplikasikan pada bangunan-bangunan
modern. Dinding berpori sendiri dikenal sebagai dinding yang tidak terlalu
massif namun memiliki lubang ataupun celah yang
berfungsi sebagai estetika baik sebagai pembentuk efek bayangan dalam
interior maupun untuk mempercantik fasad luar bangunan. Bila ditinjau dari sisi sains dan teknologi
bangunan, fungsi dinding berpori berperan sebagai pencahayaan alami maupun
penghawaan alami dalam bangunan.
Secara
konsep, rumah ini dirancang memiliki kulit luar (secondary skin) berupa dinding
berlubang yang berfungsi serupa pori-pori. Istimewanya dinding dibentuk dari
komposisi potongan bambu yang disebutnya sebagai konsep dinding pori-pori.
Suasanan
area kantor di lantai dasar terlihat dinding bambu sebagai kulit luar
(secondary skin) dan pintu kaca sebagai kulit dalam bangunan. Suasana area
kantor di lantai dasar terlihat dinding bambu sebagai kulit luar (secondary
skin) dan pintu kaca sebagai kulit dalam bangunan. Kulit kedua berupa dinding
dari potongan bambu yang disusun teratur saling menumpuk dari bawah hingga
atap. Bambu dipilih sebagai material yang peka terhadap iklim. Potongan bambu
dipasang tanpa paku tapi dipegang oleh kisi-kisi kayu horizontal yang mengapit
di atas dan bawah.
Susunan
bambu tidak rapat sehingga menghasilkan lubang-lubang yang dapat menembuskan
cahaya dan angin ke dalam rumah. Ketika pintu kaca di bagian dalam dibuka, maka
udara dapat mengalir dan rumah seolah bisa bernafas. Area dan kulit pertama
bangunan cukup luas, sehingga bisa digunakan sebagai beranda atau area merokok.
Fasad dinding
berlubang dari bambu yang berfungsi melancarkan sirkulasi udara sekaligus juga
berfungsi sebagai pori-pori dan juga sebagai alat komunikasi visual bangunan
dengan lingkungan.
Komunikasi
visual rumah dan lingkungan diciptakan dengan adanya halaman depan yang luas
sebagai ruang publik. Komunikasi visual rumah dan lingkungan diciptakan dengan
cara memberikan halaman depan luas sebagai ruang publik. Menurut Budi, fasad
(muka rumah) menjadi bagian yang sangat penting sebagai alat komunikasi dengan
lingkungan. Menurutnya, ia ingin mempertahankan spirit lahan rumah yang sejak
dulu dijadikan tempat bermain bola bagi anak-anak sekitar.
Untuk
menyediakan privasi bagi area domestik, pembagian zona dieksekusi secara
vertikal dan horizontal. Secara vertikal lantai dasar difungsikan untuk
ruang-ruang kerja sebagai bagian dari kantor, sedangkan lantai atas untuk kamar
tidur dan ruang duduk yang menjadi bagian dari rumah.
Secara
horizontal ruang terbuka di bagian belakang yang berdampingan dengan taman
menjadi area privat bagi penghuni. Sementara area terbuka bagi publik
dilokasikan di halaman depan.
Bangunan dua
lantai seluas 134,9 m2 di atas tanah 164 m2 ini seluruhnya menggunakan struktur
baja, guna mempercepat proses pembangunan. Selain itu, dalam konteks visual
struktur baja juga ditujukan untuk mengeksploitasi dinding rumah tetangga di
sisi kiri dan kanan bangunan yang terlihat kokoh dan tinggi menjulang. Fisik
bangunan ini terlihat seolah menjadi pengisi di antara bangunan lain
Atas konsep
rumahnya ini, serta menguatkan kesan arsitektur yang berbagi itu, Ikatan
Arsitek Indonesia (IAI) mengapresiasi karya rumah tinggal ini sebagai pemenang
IAI Award 2011 kategori hunian 0 – 200 m2.